Hubungan Soekarno dengan tokoh-tokoh penting dunia pada masanya merupakan babak penting dalam sejarah Indonesia. Bukan hanya sekadar hubungan diplomatik, interaksi Soekarno dengan para pemimpin dunia, mulai dari Asia-Afrika hingga Blok Barat dan Timur, membentuk peta politik internasional dan secara signifikan mempengaruhi perjalanan Indonesia pasca kemerdekaan. Bagaimana Soekarno menavigasi kompleksitas hubungan internasional di tengah Perang Dingin, dan bagaimana hal itu membentuk identitas Indonesia di dunia, akan diulas dalam tulisan ini.
Tulisan ini akan menelusuri hubungan Soekarno dengan tokoh-tokoh kunci seperti Jawaharlal Nehru, Gamal Abdel Nasser, Mao Zedong, dan para pemimpin Amerika Serikat, Uni Soviet, serta negara-negara lainnya. Analisis akan difokuskan pada kerjasama, konflik, dan pertimbangan ideologis dan pragmatis yang mendasari setiap hubungan tersebut, serta dampaknya terhadap kebijakan domestik dan posisi Indonesia dalam panggung dunia, khususnya dalam konteks Gerakan Non-Blok yang ia turut dirikan.
Diplomasi Soekarno, meskipun terkadang kontroversial, meninggalkan warisan yang kompleks dan bernilai bagi Indonesia. Keberaniannya dalam menjalin hubungan dengan berbagai blok kekuatan, serta visi Gerakan Non-Blok, menunjukkan upaya untuk menempatkan Indonesia sebagai pemain penting di kancah internasional. Meskipun terdapat kekurangan dalam pendekatannya, pemikiran dan tindakan Soekarno tetap relevan untuk dipahami dalam konteks hubungan internasional masa kini, khususnya dalam menghadapi dinamika global yang kompleks.